Web page

Pemudi Mushola Al-Mujahidin

Eksis dulu setelah nyinom Halal Bi Halal

KARISMA makan-makan

Kegiatan makan bareng setelah lebaran Idul Fitri 2011

CRISMA

Partisipasi CRISMA dalam kegiatan PERANIS yang diadakan oleh AMM Ranting Basin 2011

Pemuda CRISMA-KARISMA

Inilah juara yang diperoleh pemuda dalam partisipasi PERANIS AMM Ranting Basin 2011

Rabu, 23 November 2011

Ibuku Sayang

Sejuk gemercik air di padang gersang
Basah terasa aliri pipa yang kering
Hangat sentuhannya damai terasa
Menyertai langkah kita di sepanjang hayatnya
Kasih sayangnya sehangat mentari pagi
Belaian tangannya selembut angin sutera
Senyum manisnya hiburkan hati nan duka
Pandang matanya tajamkan hati nan suci
Dia adalah wanita paling berjasa
Sejak kita lahir ke dunia dan melanglang alam fana
Tiada tandingan pujinya dalam hidup kita
Yang melahirkan kita..
Menyusui dan membesarkan kita
Pertaruhkan jiwa raga membela kita semua
Dialah IBUNDA yang selalu mendoakan kita
Dalam keadaan lapang, suka ataupun duka
Tutur katanya adalah harapan doa
Nasehat yang berguna sepanjang masa
Keridhoannya adalah ridho Ilahi
Kemurkaannya adalah murka Ilahi
Ibarat sinar mentari begitulah kasih IBU
Sepanjang zaman tak akan terbalas
Teruntai begitu indahnya
Di usia yang telah senja KAU berkenan memanggilnya
Aku rela dalam ridhoMU
Tawakkalku padaMU
Kasihilah dia di sana..
Di dalam kesendiriannya
Lapangkanlah alam kuburnya
Terangilah dengan CahayaMU
Duhai RABBI ampunkan dia
Sejahterakan dengan nikmatMU
Yang tak pernah pudar di telan masa
Ijinkanlah kami berdoa?

Selasa, 15 November 2011

Bahasa Pemrograman dan Jenis-jenisnya

Bahasa pemrograman adalah sekumpulan kosakata dan tata bahasa untuk menginstruksikan sebuah komputer agar melakukan tugas-tugas tertentu. Penggunaan kata bahasa pemrograman saat ini merujuk kepada bahasa tingkat tinggi, seperti PHP, C, C++, Ruby On Rails, Virtual Basic, Pascal, dll. Setiap bahasa pemrograman tersebut memiliki serangkaian keyword yang hanya dimengerti oleh bahasa pemrograman tersebut dan sintaks khusus untuk mengorganisir instruksi program. Dengan bahasa pemrograman, kita bisa melakukan tugas seperti menentukan instruksi pada sebuah komputer, mengatur tranfer data, melakukan proses input dan output, serta kegiatan lainnya.
Bahasa Pemrograman merupakan bahasa yang dipakai untuk pemrograman komputer. Bahasa ini memiliki 3 tingkatan, yaitu bahasa tingkat rendah (low level language), bahasa tingkat menengah (middle level language), dan bahasa tingkat tinggi (high level language). Dulu waktu komputer pertama kali ada, bahasa pemrogramannya masih sangat sederhana. Bahasa tersebut masuk ke dalam kategori bahasa tingkat rendah. Seiring dengan perkembangan teknologi, ditemukanlah bahasa yang lebih mudah menggunakan simbol-simbol. Ilmuwan masih menemui cukup banyak kesulitan dalam menggunakan bahasa tersebut, hingga pada tahun 1957 ditemukan bahasa pemrograman yang tingkat tinggi pertama yang disebut dengan FORTAN (formula translator).
Bahasa tingkat mesin merupakan bahasa yang paling sederhana yang hanya menggunakan 2 kode biner yaitu angkai 0 dan 1. Bahasa tingkat rendah atau bahasa rakitan (assembly) menggunakan instruksi berupa serangkaian kode singkat seperti CMP, JGE, SUB, LOOP, dll. sedangkan bahasa tingkat menengah menggunakan bahasa yang dimengerti oleh manusia ditambah dengan simbol-simbol seperti {, }, ?, <<, >>, &&, ||, dll. sedangkan bahasa tingkat tinggi menggunakan kosakata yang dimengerti oleh manusia seperti while, end, if, begin, for, dll.
Dengan semakin berkembangnya teknologi, manusia semakin banyak memerlukan program untuk mendukung komputasi. Dan bahasa pemrograman muncul sebagai dampak dari kebutuhan manusia tersebut. Dengan bahasa pemrograman, kita bisa memecahkan banyak masalah dengan bantuan komputer. Ada banyak bahasa pemrograman saat ini, dan semua memiliki struktur yang berbeda antara satu dengan lainnya. Karena fungsi yang berbeda-beda inilah yang menyebabkan tidak ada bahasa pemrograman yang lebih baik secara mutlak.
Berikut adalah beberapa bahasa pemrograman yang ada saat ini:

1. Bahasa pemrograman HTML

HTML adalah singkatan dari HyperText Markup Language, merupakan sebuah bahasa markup yang bisa dipakai untuk membuat sebuah halaman website dan menampilkannya pada sebuah browser atau disimpan via email. Mungkin bagi beberapa orang bahasa pemrograman ini cukup rumit, namun sebenarnya bahasa ini relatif lebih mudah dibandingkan dengan yang lainnya. Semua teks, grafik, dan elemen desain dari sebuah halaman HTML di-tag dengan kode-kode yang menginstruksikan web browser untuk menampilan elemen tersebut. Tag HTML juga menyediakan layout dan informasi format sehingga halaman website bisa dibuat sesuai dengan keinginan sang pembuat.

2. Bahasa Pemrograman PHP

PHP merupakan salah satu bahasa pemrograman terpopuler saat ini. PHP pertama kali ditemukan oleh ilmuwan bernama Rasmus Lerdorf pada tahun 1995. Ketika itu PHP masih bernama FI (Form Interpreted), yaitu berupa sekumpulan script yang dipakai untuk mengolah data form dari website. PHP biasanya dipakai untuk meningkatkan kualitas sebuah halaman website. Dengan PHP, anda bisa melakukan hal-hal seperti membuat username dan password untuk login, membuat forum, galeri foto, survey, dan masih banyak lagi. PHP dikenal sebagai bahasa side-server, itu karena PHP tidak dieksekusi pada komputer anda, melainkan pada komputer dimana anda me-request halaman tersebut. Kemudian hasilnya akan ditampilkan pada web browser anda.

3. Bahasa pemrograman ASP

ASP merupakan singkatan dari Active Server Pages, merupakan sebuah bahasa pemrograman pertama oleh Microsoft yang memungkinkan anda untuk membuat halaman website yang interaktif dan dinamis. ASP klasik menggunakan scripting sisi-server untuk membuat website yang tidak dipengaruhi oleh web browser. Bahasa pemrograman asal yang dipakai oleh ASP adalah VBSscript, walaupun anda bisa menggunakan bahasa lainnya seperti JScript ( versi Microsoft JavaScript). Semua halaman website yang menggunakan ASP tidak bisa dijalankan hanya dengan membuka halaman di web browser. Halaman tersebut harus dipanggil dari server yang mendukung ASP, inilah mengapa ASP merupakan singkatan dari Active Server Pages. Karena jika tidak ada server, tidak akan ada active pages. Jika anda menjalankan Windows dan ingin menggunakan ASP, maka anda perlu menginstal Microsoft’s Internet Information Services (IIS) terlebih dahulu.

4. Bahasa Pemrograman PERL

PERL merupakan bahasa pemrograman yang bisa dipakai untuk variasi tugas beragam. PERL biasanya dipakai untuk mengekstrak informasi dari file teks dan memberikan laporannya, atau untuk mengkonversi file teks ke dalam bentuk lainnya. Program yang ditulis pada Perl disebut dengan Perl script. Perl diimplementasikan sebagai bahasa tafsiran, maka dari itu eksekusi dari script Perl lebih banyak menggunakan waktu CPU dibandingkan dengan berhubungan dengan program C, contohnya. Selain itu, komputer juga biasanya menjadi lebih cepat. Menulis dengan Perl akan menghemat waktu anda. Perl bisa bekerja pada mesin dengan sistem operasi Unix (SunOS, Linux, BSD, HP-UX), selain itu juga bisa bekerja pada sistem operasi lain seperti DOS, Windows, PowerPC, BeOS, VMS, EBCDIC, dan PocketPC.

5. Bahasa Pemrograman XML

XML (Extensible Markup Language) merupakan cara termudah untuk membuat format informasi umum dan men-share kedua format dan data di world wide web, intranet, dan tempat-tempat lainnya. XML merupakan bahasa pemrograman yang direkomendasi oleh W3C, dan memiliki kemiripan dengan HTML. Di antara kedua bahasa ini memiliki simbol markup untuk mendeskripsikan konten dari sebuah halaman atau file. HTML mendeskripsikan konten dari sebuah halaman web (terutama teks dan grafik) berdasarkan bagaimana konten tersebut ditampilan dan berinteraksi. Misalnya, huruf “p” yang diletakkan di antara tags bermakna paragraf baru. Sedangkan XLM mendeskripsikan konten berdasarkan data apa yang sedang diproses. Misalnya, kata “phonenum” yang diletakkan di dalam markup tags mengindikasikan bahwa data tersebut diikuti adalah nomor telepon. Ini berarti file XML bisa diproses murni sebagai data oleh sebuah program atau bisa juga disimpan dengan data yang serupa pada komputer lain

6. Bahasa Pemrograman JavaScript

Javascript sangat cocok disebut sebagai bahasa website. Browser versi terbaru menetapkan standar yang tinggi terhadap kecepatan eksekusi Javascript. Ini merupakan paramater performa yang penting saat ini karen website menggunakan sangat banyak Javascript. Javascript mendukung revolusi web 2.0 dengan AJAX. Dengan menggunakan Javascript, sebuah website bisa mengirim request HTTP dan mengatur / mengupdate bagian-bagian dari sebuah website.  Javascript adalah bahasa scripting yang handal yang berjalan pada sisi client. Untuk menjalankan JavaScript kita cukup menjalankan web broser yang mendukung JavaScript. Web browser saat ini hampir semuanya sudah mendukung Javascript.

7. Bahasa Pemrograman CSS

CSS merupakan sigkatan dari Cascading Style Sheet. CSS merupakan suatu bahasa stylesheet yang dipakai untuk menyesuaikan tampilan sebuah dokumen yang ditulis dengan bahasa markup. CSS biasanya dipakai untuk untuk memformat sebuah halaman web yang ditulis dengan HTML dan XHTML. Namun begitu, bahasanya tersebut bisa dipakai untuk semua jenis dokumen XML termasuk SVG dan XUL.

8. Bahasa Pemrograman WML

WML (Wireless Markup Language), dulunya disebut sebagai HDML (Handheld Devices Markup Languages), merupakan sebuah bahasa pemrograman yang dipakai menampilkan teks dari sebuah halaman website ke dalam media lain seperti ponsel dan PDA via wireless access. WML merupakan bagian dari Wireless Application Protocol (WAP) yang sedang diusulkan oleh beberapa vendor untuk menjadi bahasa standar. WML merupakan analogi dari HTML yang berjalan pada protocol nirkabel.

Kamis, 10 November 2011

Ibu, Sang Arsitek Peradaban

Suatu malam yang tenang dan hening. Semua orang telah beranjak ke rumah masing-masing untuk beristirahat. Menarik selimut hingga terlindungi dari hawa dingin yang melingkupi cakrawala Madinah. Namun, seorang laki-laki yang disadarkan oleh rasa tanggung jawab sebagai pemimpin menyingkap selimutnya. Dia keluar menyusuri lorong-lorong Madinah yang mencekam. Merayapi jalan-jalan yang sepi dari tapak kaki manusia.

Dia keluar seorang diri menembus kegelapan malam. Barangkali ia menjumpai musafir yang tidak menemukan tempat bermalam. Atau orang yang merintih kesakitan. Atau orang lapar yang belum menemukan sesuap makanan untuk mengganjal perutnya. Barangkali ada urusan rakyatnya yang luput dari pengawasannya. Atau mungkin ada domba yang tersesat jauh di pinggir sungai Eufrat. Allah akan menanyakannya dan menghisabnya kelak.

Jangan heran! Lelaki tersebut adalah Amirul Mukminin, Umar bin Khatthab RA.

Setelah sekian lama mengitari Madinah dan mulai merasakan lelah pada sendi-sendinya, Umar bersandar pada salah satu dinding rumah kecil di pinggiran kota Madinah. Dia beristirahat sejenak sebelum melanjutkan langkahnya menuju masjid.
Kala itu, sayup-sayup terdengar olehnya suara dua orang wanita dari dalam rumah kecil tempat ia bersandar. Percakapan seorang ibu dengan putrinya. Percakapan dimana sang putri menolak untuk mencampur susu perah dengan air putih.
Sang ibu berkata, “Campurlah susu itu dengan air!”

Sang putri menjawab, “Sesungguhnya, Amirul Mukminin telah melarang kita untuk mencampur susu dengan air. Tidakkah Ibu mendengar juru bicaranya menyampaikan larangan tersebut?”

“Umar tidak melihat kita. Dia tidak akan tahu apa yang kita lakukan di saat-saat terakhir malam ini.” Jawab ibunya.
Putrinya pun menjawab seketika, “Wahai Ibuku, walaupun Umar tidak melihat namun Tuhan Umar melihat kita. Demi Allah, saya tidak akan melakukan apa yang dilarang-Nya.”

Ucapan putri tadi menyejukkan hati Umar. Jawaban yang menggambarkan kejujuran dan keimanan.
Akhirnya Umar menikahkan putranya, Ashim, dengan gadis yang baik itu. Gadis itu bernama Ummu Ammarah binti Sufyan bin Abdullah bin Rabi’ah Ats-Tsaqafi. Kelak ia akan melahirkan dua anak gadis yang diberi nama Laila dan Hafshah. Laila kemudian dikenal dengan panggilan Ummu Ashim.

Ummu Ashim kemudian menikah dengan Abdul Aziz bin Marwan, seorang gubernur Bani Marwan. Dari pernikahan yang suci ini lahirnya seorang khalifah yang mulia, Umar bin Abdul Aziz.

Umar bin Abdul Aziz yang berjuluk Khalifah Kelima adalah pemimpin yang sang bersahaja. Tingkat keimanannya tidak perlu diragukan lagi. Umar hafal Quran sejak kecil. Matanya selalu banjir air mata karena rasa takutnya pada Allah.

Ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah, tidak ada yang menjadi mustahik. Tidak ada orang yang berhak menerima zakat. Rakyatnya hidup makmur dan sejahtera. Sementara Umar hidup sangat sederhana.

Apa yang menjadikan Umar memiliki pribadi yang begitu luar biasa? Ummu Ashim, ibunda Umar, mendidiknya sejak kecil dengan penuh kasih sayang. Mengajarkan Umar Quran dan cinta pada Allah. Ia selalu menjaga dan mengawasi putranya.
Ummu Ashim juga dikenal sebagai wanita yang sangat dermawan dan menyayangi orang-orang yang lemah. Ummu Ashim mewakili gambaran ideal tentang sosok seorang ibu. Demikian juga ibunda dari Ummu Ashim. Rasa takutnya pada Allah menjadikannya pribadi yang unggul.

Keteladanan wanita-wanita tersebut menjadi bukti vitalnya seorang ibu dalam membentuk sebuah generasi. Seorang penyair mengungkapkan bahwa ibu adalah sebuah sekolah. Apabila dipersiapkan dengan baik, berarti telah mempersiapkan suatu bangsa dengan dasar yang baik.

Tidak berlebihan tentu saja. Ibu adalah sekolah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Ibu bagaikan wadah yang mengajarkan dan mendidik berbagai macam ilmu dalam kehidupan anak-anaknya dengan cinta dan kasih sayang. Sebagai pendidik awal, ibulah yang pertama kali meletakkan fondasi dasar –terutama dalam aspek keimanan- kepada anak dalam proses pendewasaan mental dan pematangan jiwa.

Gambaran pentingnya tugas seorang ibu tercakup dalam pernyataan yang diungkapkan oleh DR. A. Madjid Katme, Presiden Asosiasi Dokter Muslim di London dalam konferensi dunia tentang wanita di Beijing. Berikut tuturannya :

“Tugas keibuan adalah pekerjaan yang paling terhormat dan membutuhkan keterampilan di dunia ini. Dan terlaksananya tugas ini sangat penting bagi pemeliharaan dan perlindungan anak terutama di masa-masa awal pertumbuhannya. Tak ada satu jenis pekerjaan pun yang dapat merampas seorang ibu dari tugas keibuannya. Dan tak ada seorang pun yang dapat mengambil alih tugas keibuan tersebut.”

Namun, begitu banyak muslimah yang kurang bahkan tidak memahami pentingnya peran seorang ibu. Peran yang, menurut Katme, tidak bisa digantikan oleh siapapun. Menjadi ibu full time dianggap hanya ‘pekerjaan’ tidak penting. Tidak perlu sekolah yang tinggi, tidak perlu pintar untuk menjadi seorang ibu. Salah! Anda justru harus menjadi muslimah yang sangat cerdas untuk bisa memenuhi peran keibuan.

Kemuliaan peran keibuan dewasa ini pun semakin tergerus oleh serangan barat. Setelah Quran dan Sunnah Nabi, hal yang kerap kali diserang oleh para orientalis adalah wanita dan perannya dalam keluarga.

Ide-ide feminisme, kesetaraan gender, dan kebebasan wanita saat ini gencar disuarakan barat kepada umat Islam. Kita pun tahu, tidak sedikit yang terjebak untuk mencicipi racun atas nama kebebasan wanita tersebut. Akhirnya, hancurlah kemuliaan dan martabat wanita diikuti dengan runtuhnya pilar-pilar keluarga dan pendidikan anak.

Islam telah mengajarkan kemuliaan seorang ibu. Sejarah telah mencatat banyak orang hebat yang lahir dari seorang ibu yang juga hebat. Tak pernah ada cacat pada peran keibuan. Tak pernah ada cela pada predikat seorang ibu. Maka tak berlebihan bila ada ungkapan bahwa surga ada di telapak kaki ibu.

Muslimah perlu menyadari peran vitalnya sebagai seorang ibu. Ibu bukan hanya tiga huruf, I – B – U, yang begitu sederhana hingga mudah dilupakan. Ibu bukan hanya predikat sepele sehingga perannya tidak perlu dipenuhi.

Ibu adalah simpul penting sebuah sambungan peradaban. Dialah yang akan mencetak sebuah generasi. Ibu adalah tiang yang akan mengibarkan kembali bendera kejayaan Islam lewat pendidikannya terhadap keluarga. ibu, tak pernah bermakna kecil. Karena Allah lah yang menjadikannya begitu mulia.

Senin, 31 Oktober 2011

10 Kepribadian Muslim

Apa yang akan terjadi jika setiap muslimin memiliki kepribadian seperti di bawah ini? Semoga Allah mengampuni segala kekeliruan kita di masa lalu, dan menguatkan kita untuk menjadi pribadi muslim yang syumul, sebagaimana Islam adalah agama yang syumul.

1. Salimul Aqidah (aqidah yang bersih), merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah SWT dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslimakan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya:
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta Alam”(QS 6:162). Karena memiliki aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam da’wahnya kepada para sahabat di Makkah, Rasulullah SAW mengutamakan pembinaan aqidah, iman, atau tauhid.

2.
Shahihul Ibadah (ibadah yang benar) merupakan salah satu perintah Rasulullah SAW yang penting, dalam salah satu haditsnya, beliau menyatakan: “Shalatlah sebagaimana kamu melihat aku shalat”. Dari ungkapan ini dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk pada sunnah Rasulullah SAW yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.

3.
Matinul Khuluq (akhlak yang kokoh) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah SWT maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah SAW diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan olah Allah SWT dalam Al Qur’an: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung” (QS 68:4).

4.
Qowiyyul Jismi (kekuatan jasmani) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat, dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat dan kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya. Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan penyakitjauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi, dan jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk penting, maka Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“Mu’min yang kuat lebih aku cintai daripada mu’min yang lemah” (HR. Muslim).

5. Mutsaqqoful Fikri (intelek dalam berfikir) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan dalam Al Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berfikir, misalnya firman Allah yang artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.” Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan.” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatnya kepada kamu supaya kamu berfikir” (QS 2:219). Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktivitas berfikir. Karenanya, seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Bisa kita bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatkan pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu. Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang sebagaimana firman-Nya yang artinya: Katakanlah: “Samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?”, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran” (QS 39:9).

6. Mujahadatul Linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu) merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu aka nada manakala seseoran berjuang dalam melawan hawa nafu.

7. Harishun Ala Waqtihi (pandai menjaga waktu) merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Allah SWT banyak bersumpah di dalam Al Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili, dan sebagainya. Allah SWT memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: “Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu.” Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Oleh karena itu setiap muslim dituntut untuk me-manage waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka di antara yang disinggung oleh Rasulullah SAW adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk, dan kaya sebelum miskin

8. Munazhzhamun fi Syuunihi (teratur dalam suatu urusan) termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka harus diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah SWT menjadi cinta kepadanya. Bersungguh-sungguh, bersemangat, dan berkorban, adanya kontinyuitas, dan berbasis ilmu pengetahuan. Pendek kata “BE PROFESSIONAL”

9. Qodirun Alal Kasbi (memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut mandiri) merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena itu pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya raya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan haji atau umroh, zakat, infaq, shadaqah, dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu, perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al Qur’an maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi. Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik, agar dengan keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah SWT, karena rizki yang telah Allah sediakan harus diambil dan mengambilnya memerlukan skill atau keterampilan.

10. Nafi’un Lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain) merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun ia berada, orang merasakan keberadaannya. Maka jangan sampai seorang muslim adanya tidak menggenapkan dan tidak adanya tidak mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berfikir, mempersiapkan dirinya, dan berupaya maksimal untuk bisa bermanfaat dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang musli itu tidak bisa mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan inilah, Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (HR. Qudhy dari Jabir).

Selasa, 25 Oktober 2011

Manisnya Iman



Seseorang akan merasakan manisnya iman bermula manakala di dalam hatinya terdapat rasa cinta yang mendalam kepada Allah dan Rasul-Nya, manisnya akan semakin dirasakan bila seseorang berusaha untuk senantiasa menyempurnakan cintanya kepada Allah, memperbanyak cabang-cabangnya (amalan yang dicintai Allah swt.) dan menangkis hal-hal yang bertentangan dengan kecintaan Allah swt.

Apa buktinya bila seseorang telah merasakan manisnya Iman?

Buktinya, ia akan selalu mengutamakan kecintaanya kepada Allah daripada mementingkan kesenangan dan kemegahan dunia, seperti bersenang-senang dengan keluarga, lebih senang tinggal di rumah ketimbang merespon seruan dakwah dan asyik dengan bisnisnya tanpa ada kontribusi sedikitpun terhadap kegiatan jihad di jalan Allah swt. Sebagaimana firman Allah dalam surat At-Taubah : 24
“Katakanlah: “Jika bapa-bapak, anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan Keputusan-Nya. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”
Memprioritaskan kecintaan kepada Allah akan melahirkan perasaan ridha

Bila seseorang senantiasa mengutamakan kecintaan kepada Allah, Rasul dan jihad di jalan-Nya, daripada kepentingan dirinya sendiri, maka akan lahirlah sikap ridha terhadap Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai din-nya dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasulnya. Keridhaannya itu dibuktikan dengan selalu menghadiri halaqahnya, terlibat dengan kegiatan dakwah di lingkungannya dan menginfakkan sebagian harta dan waktunya untuk kemaslahatan tegaknya agama Allah swt.

Apa yang dirasakan oleh seseorang bila ia telah ridha terhadap Allah, agama dan Rasulnya?
Pertama, Ia akan merasakan “Istildzadz at-Thaa’ah”, lezatnya ketaatan kepada Allah swt., baik dalam shalatnya, tilawah Qur’annya, pakaian dan pergaulan islaminya, perkumpulannya dengan orang-orang shaleh dan keterlibatannya dalam barisan dakwah
Kedua, Ia juga akan merasakan “Istildzadz al-masyaqat”, lezatnya menghadapi berbagai kesulitan dan kesusahan dalam berdakwah. Kelelahan, keletihan, dan hal-hal yang menyakiti perasaannya akibat celaan orang karena menjalankan syariat Islam, atau bahkan mencederai fisiknya, semua itu semakin membuatnya nikmat dalam berdakwah. Semua inilah yang akan senantiasa melahirkan manisnya Iman.
“Istildzaadz at-thaa’ah”, lezatnya ketaatan kepada Allah ditunjukan oleh wanita Anshar dan Muhajirin, tatkala turun wahyu yang memerintahkan mereka untuk berhijab dan menutrup auratnya, mereka langsung meresponnya dengan senang hati dan lapang dada, tanpa merasa berat sedikitpun. Aisyah ra. yang menjadi saksi mata atas hal ini berkata :
رَحِمَ الله ُنِسَاءَ اْلاَنْصَارِ وَالْمُهَاجِرَاتِ لَمَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِنَّ “وَلْيَضْرِبْنَ مِنْ جَلاَ بِيْبِهِنَّ عَلَى جُيُوْ بِهِنَّ” شَقَقْنَ مُرُوْطَهُنَّ فَلْيَخْتَمِرْنَ بِهَا
“Semoga Allah merahmati wanita Anshar dan Muhajirin, tatkala turun kepada mereka ayat “hendaknya mereka mengenakan kain panjang (jilbab) sampai ke atas dada mereka,” mereka memotong kain-kain mereka, lalu mereka menjadikan kain-kain itu sebagai penutup kepalanya
Abu Ayub Ayub Al-Anshary, ketika mendengar seruan jihad, Dalam surat At-Taubah : 41
انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالًا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui.”
Abu Ayub berseru kepada anak-anaknya, “Jahhizuuny! Jahhizuuny!” siapkan peralatan perangku!. Anak-anaknya membujuk agar bapaknya tidak perlu berangkat untuk berjihad, karena usianya sudah udzur, cukup di wakilkan saja oleh anak-anaknya. Abu Ayyub menolak bujukan anak-anaknya seraya berkata : “ketahuilah wahai anak-anakku, yang dimaksud ayat tersebut adalah خِفَافًالَكُمْ وَثِقَالاً لٍي , ringan bagi kalian berat bagiku, beliaupun tetap berangkat dan menemukan syahidnya dalam perjalanan jihad tersebut. (lihat Tafsir Ibnu Katsir)
Sedangkan Lezatnya kesulitan (Istildzadz al-masyaqqah) dalam dakwah dirasakan oleh Rasulullah saw., ketika beliau menghadapi ketidaksukaan orang-orang kafir terhadap ajaran Islam, sebagaimana yang ditunjukan oleh masyarakat Thaif ketika Rasulullah saw. hijrah ke sana, yaitu pada saat Nabi menyampaikan dakwahnya, mengajak mereka untuk menerima ajaran Islam, tetapi tidak ada sedikitpun sambutan baik dari para tokoh mereka, bahkan dengan nada yang sangat melecehkan dan menyakitkan, mereka menanggapi dakwah Nabi seraya berkata,
“Coba kau robek kiswah ka’bah jika engkau memang benar-benar utusan Allah.”

Yang lainnya pun turut berkomentar,
“Apa tidak ada lagi orang yang lebih pantas diutus oleh Allah selain engkau?”
Dengan penuh kesabaran dan ketabahan Rasulullah saw. menerima kenyataan pahit tersebut, beliau tetap berlapang dada dan tidak mempermasalahkan tentang penolakan dan penentangan mereka. Oleh karena itu ketika malaikat penjaga gunung Alaihissalaam menawarkan kepada Nabi, bila beliau setuju ia akan mengangkat dua buah bukit yang ada di Thaif lalu ditimpakan kepada mereka, dengan penuh kelembutan dan kasih sayang Rasulullah saw. menanggapinya seraya berkata,
بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِنْ أَصْلَابِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ وَحْدَهُ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا
“Tetapi aku berharap semoga Allah mengeluarkan dari tulang rusuk mereka kelak orang-orang (generasi) yang beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun.”
Syaikh Abu Muhammad bin Abi Jamroh mengibaratkan manisnya iman dengan sebuah pohon, sebagaimana firman Allah :
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.” (Ibrahim : 24)
Yang dimaksud kalimat dalam ayat tersebut adalah kalimatul ikhlas لا اله الا الله, batang pohonnya adalah pangkal iman, cabang dan rantingnya adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, dedaunannya adalah kepedulian terhadap kebajikan, buahnya adalah amal ketaatan, rasa manisnya adalah ketika memetiknya, dan puncak manisnya adalah ketika matangnya sempurna saat dipetik, disitulah sangat terasa manisnya.
عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ((ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلاَوَةَ الإِيْمَانِ: مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ)). (رواه البخاري ومسلم وهذا لفظ مسلم).
Dari Anas ra, dari Nabi saw. bersabda, “Tiga perkara jika kalian memilikinya, maka akan didapati manisnya iman. (Pertama) orang yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya. (Kedua) agar mencintai seseorang semata-mata karena Allah swt. (Ketiga), tidak senang kembali kapada kekufuran setelah diselamatkan oleh Allah swt, sebagaimana ketidak-senangannya dilempar ke dalam api neraka.” (HR Bukhar Muslim dengan redaksi Muslim)
عَنْ الْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: ((ذَاقَ طَعْمَ الإِيْمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالإِسْلاَمِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولاً)) (رواه مسلم).
Dari Al-Abbas bin Abdil Muttalib, bahwasanya ia mendengar Rasulallah saw. bersabda, “Telah merasakan lezatnya iman seseorang yang ridha Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai dinnya dan Muhammad sebagai Rasulnya.” (HR. Muslim)

Hadits ini sangat agung maknanya, termasuk dasar-dasar Islam, berkata para ulama, “Arti dari manisnya iman adalah mersakan lezatnya ketaatan dan memiliki daya tahan menghadapi rintangan dalam menggapai ridha Allah dan Rasul-Nya, lebih mengutamakan ridha-Nya dari pada kesenangan dunia, dan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangan-Nya.

Dalam hadits tersebut Rasulullah saw. menjelaskan bahwa tiga perkara bila kalian berada di dalamnya maka akan didapati manisnya iman, karena sarat mendapatkan manisnya sesuatu adalah dengan mencintainya, maka barang siapa yang mencintai sesuatu dan bergelora cintanya, maka ketika berhasil mendapatkannya, ia akan merasakan manis, lezat dan kegembiraannya. Karena itu seorang mukmin yang telah mendapatkan manisnya iman yang mangandung unsur kelezatan dan kesenangan akan diiringi dengan kesempurnaan cinta seorang hamba kepada Allah swt. Dan kesempurnan itu dapat diwujudkan dengan tiga hal.
Pertama : menyempurnakan cinta kepada Allah yaitu dengan menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari yang lainnya, karena cinta kepada Allah tidak cukup hanya sekedarnya, tetapi harus melebihi dari yang lain-Nya
Kedua : menjadikan cinta kepada Allah menjadi pangkal dari cabang cinta kepada yang lain, yaitu mencintai orang lain semata-mata karena dan untuk Allah swt., sehingga dalam mencintai ia tetap mengikuti prosedur dan mekanisme cinta yang telah ditetapkan oleh Allah dalam Al-Qur’an dan Sunnah, misalnya tidak berkhalwat, menyegerakan akad nikah dan menghindari perbuatan yang mendekati pada perzinahan. (tidak pacaran) (QS. 24 : 30-31, 33 : 59)

Menolak segala hal yang bertentangan dengan cinta-Nya, yaitu tidak menyukai hal-hal yang bertentangan dengan keimanan melebihi ketidaksukaannya bila dirinya dilemparkan ke dalam api neraka.
عَنْ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ قاَلَ : ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلاَوَةَ اْلِايْمَانِ :اَلاْنِفْاَقُ مِنَ اُلاِقْتَارِ ، وَإِنْصَافُ النَّاسِ مِنْ نَفْسِكَ ، وَبذْلُ السَّلاَمِ لِلْعَالَمِ (رواه عبد الرزاق) علقه البخاري في (كتاب الايمان)
Amar bin Yasir berkata, “Ada tiga hal yang barangsiapa berada di dalamnya ia merasakan manisnya keimanan, berinfak dari kekikiran, bersikap adil terhadap manusia dari dirinya, dan mengupayakan keselamatan (salam) bagi alam.” (Diriwayatkan Abdurazzaq, Bukhari mencantumkannya di kitab Al-Iman).
Hadits yang dibawakan oleh Amar bin Yasir ra. tersebut di atas, juga menjelaskan tentang tiga hal yang dapat mendatangkan manisnya iman
Pertama : berinfak secukupnya, tidak berlebihan sehingga menzalimi hak-hak yang lainnya, tapi juga tidak kikir dengan hartanya
Kedua : bersikap objektif, tidak menghalanginya untuk berbuat baik dan adil kepada manusia, walaupun ada kaitannya dengan kepentingan diri sendiri, misalnya walaupun disakiti dan dizalimi oleh seseorang, tetapi tidaka menghalanginya untuk memaafkannya dan tetap berbuat baik kepadanya
Ketiga : Menebarkan kesejahteraan kepada seluruh alam semesta, memperjuangkan sesuatu demi kebaikan manusia dan seluruh makhluk lainnya, seperti dengan melakukan kegiatan amal siasi maupun amal khidam ijtima’i (kegiatan sosial)
عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ : ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ يَجِدْ بِهِنَّ حَلاَوَةَ اْلاِيْمَانِ : تَرْكُ اْلمِرَاءِ فيِ الْحَقِّ ، وَاْلكِذْبُ فِي اْلمُزَاحَةِ ، وَيَعْلَمُ أَنَّ مَا أَصَابَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَهُ ، وَأَنَّ مَا أَخْطَأَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَهُ. (رواه عبد الرزاق)
Ibnu Mas’ud juga berkata, “Ada tiga hal yang barangsiapa berada di dalamnya akan merasakan manisnya iman, menghindari perdebatan dalam hal kebenaran, tidak berdusta dalam bercanda, dan menyadari bahwa apa yang akan menimpanya bukan karena kesalahannya dan apa kesalahannya tidak menyebabkan ia tertimpa (musibah).” (Diriwayatkan Abdurrazzaq).
عن أنس مرفوعا: “لاَ يَجِدُ عَبْدٌ حَلاَوَةَ الإِيْمَانِ حَتىَّ يَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَهُ ، وَأَنَّ مَا أَخْطَأَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَهُ … ” الحديث . أخرجه ابن أبي عاصم ( 247 ) بإسناد حسن عنه. (الألباني - السلسلة الصحيحة)
Dari Anas secara marfu’ mengatakan, “Tidaklah seorang hamba merasakan manisnya keimanan sehingga dia menyadari bahwa apa yang akan menimpanya bukan karena kesalahannya dan apa kesalahannya tidak menyebabkan ia tertimpa (musibah).” Hadits tersebut dikeluarkan Ibnu Abi Ashim, hadits sahih dengan sanad yang baik, termaktub dalam silisilah hadits sahih karya Imam Albani.
(قُلْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ) * وَالْغَضُّ عَنِ الْمَحَارِمِ يُوْجِبُ حَلاَوَةَ الإِيْمَانِ، وَمَنْ تَرَكَ شَيْئًا لِلّهِ عَوَّضَهُ اللهُ خَيْرًا مِنْهُ، وَمَنْ أَطْلَقَ لَحَظَاتِهِ دَامَتْ حَسَرَاتُهُ. (فيض القدير 1/677).
“Katakanlah kepada mukmin laki-laki agar menahan pandangan mereka…” (An-Nur: 30). Yaitu menahan dari apa yang diharamkan Allah swt. pasti akan mendatangkan manisnya iman, dan barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantikannya dengan yang lebih baik darinya, dan barangsiapa yang membebaskannya walau hanya sekejap maka akan abadi penyesalannya”
عَنْ مُعَاذِ بن جَبَلٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:”لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لأَحَدٍ لأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا مِنْ حَقِّهِ عَلَيْهَا، وَلاَ تَجِدُ امْرَأَةٌ حَلاَوَةَ الإِيْمَانِ حَتَّى تُؤَدِّيَ حَقَّ زَوْجِهَا، وَلَوْ سَأَلَهَا نَفْسَهَا عَلَى قَتَبٍ.” (المعجم الكبير للطبراني)
Dari Muadz bin Jabal berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Seandainya aku memerintahkan seseorang bersujud kepada yang lainnya, maka akan aku perintahkan isteri sujud kepada suaminya, karena hak-hak suami atasnya, dan tidaklah seorang wanita mendapatkan manisnya iman sehingga Ia menunaikan hak suaminya, walaupun suaminya memintanya, sedang Ia sedang berada di atas sekedupnya

قاَلَ اِبْنُ رَجَبْ فِي (فَتْحِ الْبَارِي: 1/27): فَإِذَا وَجَدَ اْلقَلْبُ حَلاَوَةَ اْلإِيْمَانِ أَحَسَّ بِمَرَارَةِ اْلكُفْرِ وَاْلفُسُوْقِ وَاْلعِصْيَانِ وَلِهَذَا قَالَ يُوْسُفُ عَلَيْهِ السَّلاَم ُ: {رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ} [يوسف33].
Ibnu Rajab berkata dalam kitab Fathul Bari 1/27 : “Maka apabila sebilah hati telah mendapatkan manisnya iman, maka ia akan sensitif merasakan pahitnya kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan, karena itulah Nabi Yusuf AS berkata : “Ya Rabb! Penjari lebih aku sukai daripada apa yang mereka serukan kepadaku” (QS. Yusuf : 33)

Senin, 24 Oktober 2011

LEMAH LEMBUT DAN MENAHAN MARAHA

Kelemahlembutan adalah akhlak mulia. Ia berada diantara dua akhlak yang rendah dan jelek, yaitu kemarahan dan kebodohan. Bila seorang hamba menghadapi masalah hidupnya degan kemarahan dan emosional, akan tertutuplah akal dan pikirannya yang akhirnya menimbulkan perkara-perkara yang tidak diridhoi Allah ta’ala dan rasul-Nya. Dan jika hamba tersebut menyelesaikan masalahnya dengan kebodohan dirinya, niscaya ia akan dihinakan manusia. Namun jika dihadapi dengan ilmu dan kelemahlembutan, ia akan mulia di sisi Allah ta’ala dan makhluk-makhluknya.



Orang yang memiliki akhlak lemah lembut, insya Allah akan dapat menyelesaikan problema hidupnya tanpa harus merugikan orang lain dan dirinya sendiri. Melatih diri untuk dapat memiliki akhlak mulia ini dapat dimulai dengan menahan diri ketika marah dan mempertimbangkan baik buruknya suatu perkara sebelum bertindak. Karena setiap manusia tidak pernah terpisahkan dari problema hidup, jika ia tidak membekali dirinya dengan akhlak ini, niscaya ia gagal untuk menyelesaikan problemanya.



Demikian agungnya akhlak ini sehingga Rasulullah memuji sahabatnya Asyaj Abdul Qais dengan sabdanya : “Sesungguhnya pada dirimu ada dua perangai yang dicintai Allah yakni sifat lemah lembut (sabar) dan ketenangan (tidak tergesa-gesa)” (HR. Muslim). Akhlak mulia ini terkadang diabaikan oleh manusia ketika amarah telah menguasai diri mereka, sehingga tindakannya pun berdampak negatif bagi dirinya ataupun orang lain.



Padahal Rasulullah sudah mengingatkan dari sifat marah yang tidak pada tempatnya, sebagaimana beliau bersabda kepada seorang sahabat yang meminta nasehat :

“ Janganlah kamu marah.” Dan beliau mengulanginya berkali-kali dengan bersabda : “Janganlah kamu marah”. (HR. Bukhari). Dari hadits ini diambil faedah bahwa marah adalah pintu kejelekan, yang penuh dengan kesalahan dan kejahatan, sehingga Rasulullah mewasiatkan kepada sahabatnya itu agar tidak marah. Tidak berarti manusia dilarang marah secara mutlak. Namun marah yang dilarang adalah marah yang disebabkan oleh hawa nafsu yang memancing pelakunya bersikap melampaui batas dalam berbicara, mencela, mencerca, dan menyakiti saudaranya dengan kata-kata yang tidak terpuji, yang mana sikap ini menjauhkannya dati kelemahlembutan.



Didalam hadits yang shahih Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda : “ Bukanlah dikatakan seorang yang kuat itu dengan bergulat, akan tetapi orang yang kuat dalam menahan dirinya dari marah”. (Muttafaqqun’alahi).



Ulama telah menjelaskan berbagai cara menyembuhkan penyakit marah yang tercelah yang ada pada seorang hamba, yaitu :



1. Berdoa kepada Allah, yang membimbing dan menunjuki hamba-hambaNya ke jalan yang lurus dan menghilangkan sifat-sifat jelek dan hina dari diri manusia. Allah ta’alah berfirman : “ Berdoalah kalian kepadaku niscaya akan aku kabulkan.” (Ghafir: 60)



2. Terus-menerus berdzikir pada Allah seperti membaca Al-Quran, bertasbih, bertahlil, dan istigfar, karena Allah telah menjelaskan bahwa hati manusia akan tenang dan tenteram dengan mengingat Allah. Allah berfirman : “Ingatlah dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” ( Ar-Ra’d : 28)



3. Mengingat nash-nash yang menganjurkan untuk menahan marah dan balasan bagi orang-orang yang mampu manahan amarahnya sebagaimana sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam : “ Barangsiapa yang menahan amarahnya sedangkan ia sanggup untuk melampiaskannya, (kelak di hari kiamat) Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluq-Nya hingga menyuruhnya memilih salah satu dari bidadari surga, dan menikahkannya dengan hamba tersebut sesuai dengan kemaunnya “ (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani, lihat shahihul jami’ No. 6398).



4. Merubah posisi ketika marah, seperti jika ia marah dalam keadaan berdiri maka hendaklah ia duduk, dan jikalau ia sedang duduk maka hendaklah ia berbaring, sebagaimana sabda rasulullah shalallahu alaihi wa sallam :

“ Apabila salah seorang diantara kalian marah sedangkan ia dalam posisi berdiri, maka hendaklah ia duduk. Kalau telah reda/hilang marahnya (maka cukup dengan duduk saja), dan jika belum hendaklah ia berbaring.” (Al-Misykat 5114).



5. Berlindung dari setan dan menghindar dari sebab-sebab yang akan membangkitkan kemarahannya. Demikianlah jalan keluar untuk selamat dari marah yang tercela. Dan betapa indahnya perilaku seorang muslim jika dihiasi dengan kelemahlembutan dan kasih sayang, karena tidaklah kelemahlembutan berada pada suatu perkara melainkan akan membuatnya indah. Sebaliknya bila kebengisan dan kemarahan ada pada suatu urusan niscaya akan menjelekkannya. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda : “ Tidaklah kelemahlembutan itu berada pada sesuatu kecuali akan membuatnya indah, dan tidaklah kelembutan itu dicabut kecuali akan menjadikannya jelek.” (HR. Muslim).

Wallahu a'lam....

Selasa, 11 Oktober 2011

Kenapa Masjid Pada Sepi


Melihat sholat jamaah hari ini, jadi pada bingung. Soalnya sholat jamaah kali ini bener- bener mengalami "kemajuan". Ya, makin hari makin maju saja barisan jamaahnya. Belom lagi kalo melihat orang- orangnya yang akan sholat. Ya allah, kenapa sudah pada sepuh alias tua ya kebanyakan. Truuuusss, yang muda-muda pada kemanaaa ni?

Yang cowok, Yang cowok!!....

Yang merasa cowok!!. Pagi ini sholat subuh jam berapa, broo? Dan tkp-nya ambil masjid mana? Atau jangan- jangan malah terus saja, sampai siang baru bangun? Hayoo ngaku!!. Malu atuh broo sama ayam jago yang sudah pasti men-set jam weker buat berkokok rutiiin tiap hari.

Bisa digambarkan bahwa suasana didalam kebanyakan masjid apalagi kalo lagi shubuh, bener- bener sunyi senyap. Biasanya sih yang mendominasi cuma eyang ama bapak- bapak. Ya Allah, sisanya yang mudaan dikit cuman berapa biji ajah. Sungguh terlalu!!

Walah jangan- jangan yang muda baru aja berangkat tidur abies nge dugem, ato may be terlalu sibuk blajar kali ampe nggak denger adzan yang gitu kerasnya.

Yang cowok, Yang cowok!!....

Yang merasa cowok!!

Bro, padahal yang namanya sholat jamaah ke masjid tuch no 1 loh. Kita kasih dikit bukti buat kamu yeah.

Dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:
" Seorang laki-laki buta datang kepada Nabi dan berkata: Wahai Rasulullah, aku tidak mempunyai penuntun yang akan menuntunku ke Masjid. Maka dia minta keringanan untuk shalat dirumah, maka diberi keringanan. Lalu ia pergi, Beliau memanggilnya seraya berkata: Apakah kamu mendengar adzan ? Ya, jawabnya. Nabi berkata :Kalau begitu penuhilah (hadirilah)!"

Widiiiiw, kalo yang buta ajah suruh tetep berangkat ke masjid, nah kita yang punya 2 bola mata yang sehat, buger, dan lentik, ngpa masih ajah ngendon en sliping byuti di tempat tidur?

Kalo dipikir- pikir (berlaku bagi yang mau mikir) emang memalukan alias shamefull alias nggak banget sih kejadian yang ampir tiap hari ada ini. Masak mereka yang udah pada tua, apalagi ada kekurangan fisik, tapi beuh semangatnya cadaas!! trus juga pada getool banget ibadahnya. Nah kita yang pada jantan (ngakunyaaa), nyangkut kemana bang!?!.

Ya Allah, Jangan bilang ya, "ya iya lah mereka kan udah tua, harus banyak banyak dzikir minta ampun". Ato kalo nggak, " yah kita kan yang muda masih banyak urusan, nah onoh yang udah tuaan bakal banyak waktu luang". Salah bro tuh kalimat en rada nggak sopan ngedengernya.
Ya pasti lah, soalnya siapa yang bisa jamin kalo yang tua bakal "duluan" dipanggil ma Allah. Yang namanya maut sih, nggak pake permisi ato ketok pintu assalamuallaikum, bang. Nggak da manusia ato perusahaan asuransi manapun yang bakal bisa ngejamin kya begituan. Trus, kalo soal sibuk, dulu nabi Muhammad Salallahu 'alaihi wassalam juga seorang pemimpin. Nggak kurang juga kesibukan beliau ngurus urusan dunia, tapi jangan salah mamen, soal ibadah utamanya sholat, beuhh kita aja sih lewat dah. Ampe istri beliau ibunda Siti Aisyah punya pengalaman kya gini, check this out, 

Terceritakan sebuah hadist dari Aisyah R.A : Aisyah melihat kaki Rasulullah bengkak karena sholat dan setiap kali sholat Nabi Muhammad Shollallahu’alaihi wassalam selalu bercucuran airmata, lalu Aisyah pun bertanya, “Kenapa engkau melakukan seperti ini wahai Rasulullah, padahal Allah telah menjamin engkau masuk surga?” Rasul pun menjawab, “Apakah aku tidak boleh menjadi hamba Allah yang bersyukur dan mengingat segala nikmat dari Allah?”

Subhanallah, Rasulullah aja yang Allah jaminkan surga ajah masih pengen nunjukkin rasa syukurnya ke Allah dengan serius.

kalo kamu?..........

Tau nggak, saking penting buat ngejaga yang namanya sholat jamaah di masjid, dalam sebuah hadits Rasulullah Shollallahu’alaihi wassalam, akan membakar rumah orang-orang yang mendengarkan adzan, tetapi nggak buru- buru pegi ke masjid buat sholat berjamaah.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam telah bersabda:

Aku berniat meme-rintahkan kaum muslimin untuk mendirikan sha-lat. Maka aku perintahkan seorang untuk menjadi imam dan shalat bersama. Kemudian aku berang-kat dengan kaum muslimin yang membawa seikat kayu bakar menuju orang-orang yang tidak mau ikut shalat berjamaah, dan aku bakar rumah-rumah mereka. (Al Bukhari-Muslim)
Kalo kamu mikir, wih serius amat siy ampe bgono juga. Ya iya laaa... Jangan anggap remeh soal sholat jamaah dimasjid bro, apalagi enteng bener ninggalinnnya. Cekidot dah sabda nabi muhammad Shollallahu’alaihi Wassalam yang nich.

“Andaikata orang-orang mengetahui betapa besar pahala sholat berjamaah di masjid, sesungguhnya orang-orang itu akan mendatanginya sekalipun dengan berjalan merangkak ke masjid.” (Abu Hurairah)
Dulu para sahabat juga paham bangets tentang pentingnya sholat berjamaah di masjid en mereka pada nggak ada yang ninggalin, ini seperti disampein sama Abdullah Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.

"Engkau telah melihat kami, tidak seseorang yang meninggalkan shalat berjamaah, kecuali ia seorang munafik yang diketahui nifaknya atau seseorang yang sakit, bahkan seorang yang sakitpun berjalan (dengan dipapah) antara dua orang untuk mendatangi shalat (shalat berjamaah di masjid). Beliau menegaskan : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam mengajarkan kita jalan-jalan hidayah, dan salah satu jalan hidayah itu adalah shalat di masjid (shalat yang dikerjakan di masjid)" (Shahih Muslim)

Nah mule sekarang, balajar deh nggak ngeduain yang namanya sholat jamaah di masjid dengan kepentingan apapun. Tuh semua karena saking pentingnya bro. Sholat tuh kekuatan kita biar tetep ada sinyal terus sama Allah.

Ibnu Mas’ud juga mengatakan : Barang siapa mau bertemu dengan Allah SWT di hari akhir nanti dalam keadaan muslim, maka hendaklah memelihara semua shalat yang diserukan-Nya. Allah SWT telah menetapkan jalan-jalan hidayah kepada para Nabi dan shalat ter-masuk salah satu jalan hidayah. Jika kalian sholat dirumah maka kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian, dan kalian akan sesat. Setiap Lelaki yang bersuci dengan baik, kemudian menuju masjid, maka Allah Subhanahu wata'ala menulis setiap langkahnya satu kebaikan, mengangkatnya satu derajat, dan menghapus satu kejahatannya. Engkau telah melihat dikalangan kami, tidak pernah ada yang meninggalkan shalat (berjamaah), kecuali orang munafik yang sudah nyata nifaknya.

Yang trakir, jangan lupa ya, jaga kekhusukan sholat kita. Kalo pada sholat dimasjid, jaga mata kita jangan ampe pada belanja ato pake acara lempar- lempar poni waktu yang laen pada khusuk sholat. Kan mencemari kekhusukan sekitar banget tuch.So good luck untuk ngedidik diri en hati kamu buat slalu istiqomah buat sholat ke masjid. Insyaallah

(Syahidah/Voa-islam.com)

Jilbab Syar'i itu Jilbab Fisik atau Jilbab Hati?



Hingga hari ini masih banyak wanita yang memperdebatkan masalah jilbab. Banyak dari mereka tidak mengenakan jilbab dengan alasan masih merasa hatinya belum terjilbabi. Statemen ini awalnya merebak di kalangan artis. Untuk menghindari dan mengingkari perintah hijab. Mereka menggunakan alasan di atas untuk menguatkan alasannya membiarkan kepalanya telanjang ditempat umum.

Pada hari ini, artis telah menjadi ‘berhala baru’ bagi anak muda. Tidak mengenal sahabat Rasulullah sudah menjadi hal yang dimaklumi, tapi tidak punya idola artis akan mendapat julukan kampungan, kuper dll. Setelah artis dijadikan berhala baru yang diidam-idamkan, dipuji-puji, dikagumi, apa saja yang artis lakukan akan di ikuti, termasuk artis yang tidak mengenakan hijab.

Dalam kenyataannya, statemen ‘ingin menjilbabi hati’ ini telah melekat di hati banyak wanita muda. Mereka enggan mengenakan hijab dengan alasan masih belum siap dan ingin menjilbabi hatinya dulu. Kelompok ini bukan tidak siap, tetapi bisa jadi enggan melakukan persiapan. Padahal perintah hijab itu bukan perintah biasa, tetapi perintah Allah SWT secara langsung bagi wanita beriman.

“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuan dan anak-anak orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Al-Ahzab 59).

“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya.....” (An-Nur 31).

Jika wanita islam enggan mengenakan hijab, lantas apa bedanya mereka dengan wanita non muslim? Sesungguhnya hijab itu adalah pembeda antara wanita muslim dengan non muslim.
Tidak ada satupun ada perintah yang mengatakan bahwa jilbab hati itu merupakan hal yang urgent dibanding jilbab fisik. Statemen jilbab hati muncul dari kalangan mereka yang belum memahami ilmu hijab dengan baik.

Meski begitu, hijab itu bukan hijab yang menjadikan wanita tersebut tabarruj (memamerkan kecantikan), bukan pula yang bercorak-corak modis. Karena sesungguhnya ada batasan dan kriteria busana syar’i yang harus diperhatikan, antara lain:
1. Harus menutup seluruh badannya kecuali wajah dan telapak tangan, maka tidak boleh ditampakkan leher dan lain-lain walaupun hanya sebesar uang logam.
2. Bukan busana perhiasan yang justru menarik perhatian seperti yang banyak dihiasi dengan gambar bunga apalagi yang warna-warni.
3. Harus longgar, tidak ketat, tidak tipis, dan tidak sempit yang mengakibatkan lekuk tubuhnya tampak atau transparan.
4. Tidak diberi wangi-wangian atau parfum karena dapat memancing syahwat lelaki yang mencium keharumannya.
5. Tidak menyerupai kaum laki-laki seperti memakai celana panjang (ketat), kaos oblong, dan semacamnya. Rasulullah melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki.
6. Tidak menyerupai pakaian orang-orang kafir.
7. Bukan untuk mencari popularitas.

Jadi, jilbab hati itu tidak ada. Yang Allah perintahkan adalah jilbab fisik, adapun mengenai hati, itu merupakan kewajiban, tanpa harus menafikan masalah urgensi jilbab fisik. [voa-islam.com]

Senin, 10 Oktober 2011

DASAR PENDIDIKAN DAN ISLAM




Islam adalah wahyu abadi dari Allah yang disampaikan kepada manusia melalui serangkaian para Nabi sejak Nabi Adam a.s, hingga kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai Nabi terakhir yang menyempurnakan seluruh ajaran Islam dengan mendapat jaminan dan dukungan Allah pencipta alam ini. (Al-Najjar, 1988). Setiap nabi membawa dan menyebarkan agama Allah yaitu membawa missi agama tauhid yang mengesakan Allah dan kemudian disempurnakan oleh nabi akhir zaman---Muhammad SAW dan ini mendapat pengakuan Allah melalui al-Qur’an.Islam merupakan sebuah agama yang didasarkan seluruhnya pada wahyu Allah dan Sunnah Rasul-Nya Muhammad SAW. Tidak ada keraguan terhadap risalah Islam ini, karena telah mendapat legitimasi Allah dan Rasul. Barang siapa yang benar-benar berpegang teguh padanya secara totalitas maka dia akan mendapat kejayaan dunia dan akhirat.

Apabila Islam digunakan sebagai pandangan hidup (way of life) dalam setiap disiplin ilmu dan sisi kehidupan dan tidak terkecuali dalam hal ehwal pendidikan, manusia akan memperoleh petunjuk dan sudah pasti tergiring ke jalan yang lurus dan benar. Pendidikan yang dimaksud disini adalah yang bersumber pada Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW, berazaskan tauhid, adanya integritas antara iman, ilmu dan amal serta memisahkan antara konsep ilmu agama dan ilmu yang bersifat duniawi, pendidikan agama dan pendidikan umum. Islam adalah al-Deen yang diwahyukan Allah SWT melalui rasul-Nya untuk manusia di alam ini. Asas utama Islam terbentuk dari tiga aspek yaitu akidah, ibadah dan akhlak. Ketiga aspek ini sangat berperan dalam kehidupan seorang muslim dalam melaksanakan konsep al-Deen ini. Apabila akidah sebagai keimanan hanya dijalankan kepada Allah SWT, disempurnakan melalui syari’ah dengan pelaksanaan ibadah secara umum dan khusus. Dengan menggabungkan kedua-duanya maka lahirlah akhlak Islam (Makhsin, 2003). Kata Islam adalah bahasa Arab bermakna penyerahan diri secara damai, penerimaan yang menyenangkan dan memperhambakan diri dengan tulus terhadap segenap perintah Allah. Dengan demikian, agama Islam merupakan penyerahan diri yang menyenangkan terhadap kehendak Allah, taat kepada perintah-Nya, menjauhi segala larangan-Nya, berpegang teguh ajaran-Nya, mengikuti petunjuk dan bimbingan-Nya berdasarkan Islam yang kita miliki.

Islam tidak didasarkan atas penyimpangan dan iman tidak akan terwujud tanpa perbuatan nyata (Al-Najjar, 1988).Islam artinya “pasrah” atau “patuh” kepada Allah. Orang Islam bermakna muslim yang patuh kepada seluruh perintah Allah, sementara orang yang menolak atau tidak mematuhi Allah, maka dia dinamakan kufur (ingkar), lihat Dr. Muhammad Imaduddin Abdul Rahim (2002). Orang Islam identik dengan orang yang patuh dan ta’at kepada perintah Allah dan Rasul SAW dan sesuai dengan makna Islam itu sendiri, namun jika seorang muslim gagal menjalankan kepatuhannya kepada segenap perintah Allah dan Rasul maka predikat “patuh, ta’at, dan pasrah kepada perintah Allah dan Rasul perlu ditinjau kembali sebab dia/mereka telah melakukan yang melanggar ajaran Islam. Pendidikan merupakan suatu proses transmisi secara formal dan informal yaitu ilmu pengetahuan dan keahlian yang terjadi antara satu generasi ke generasi berikutnya (Dawi, 2002).

Sedangkan (Langgulung, 1991) memberikan definisi tentang pendidikan berdasarkan tinjauan kemasyarakatan dan individu. Dari segi kemasyarakatan pendidikan bermakna warisan kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda agar hidup masyarakat tetap berkelanjutan dengan kata lain masyarakat memiliki nilai-nilai budaya atau adat-istiadat yang ingin diwariskan kepada generasi berikutnya agar tetap dilestarikan. Dari segi individu pendidikan dapat dimaknakan sebagai pengembangan potensi-potensi pada diri manusia yang terpendam dan tersembunyi, individu itu laksana lautan yang dalam yang penuh dengan mutiara dan bermacam-macam ikan dan kehidupan air lainnya, tetapi tidak kelihatan. Pendidikan Islam pada intinya adalah wahana pembentukan manusia yang berbudi luhur. Dalam ajaran Islam masalah akhlak tidak dapat dipisahkan dari iman, keimanan merupakan hati, akhlak adalah pantulan iman yang berupa prilaku, ucapan dan sikap.

 Dengan lain perkataan dapat dikatakan bahwa akhlak adalah amal shaleh, iman adalah maknawi (abstrak) sedangkan akhlak adalah bukti keimanan dalam bentuk perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran karenan Allah semata (Ainurrofiq Dawam, 2003) Pendidikan Islam merupakan sebuah sistem yang berusaha mengembangkan dan mendidik segala aspek pribadi manusia dengan segala kemampuannya. Termasuklah kedalamnya pengembangan segala segi kehidupan manusia/masyarakat misalnya sosial budaya, ekonomi dan politik; serta bersedia menyelesaikan problema masyarakat masa kini dalam menghadapi tuntutan-tuntutan masa depan dan memilihara sejarah dan kebudayaannya (Omar al-Syaibani, 1991). Pendidikan Islam perlu memikirkan baik secara jangka panjang maupun jangka pendek, masa aman maupun masa darurat. Sebagai contoh bagaimana menangani permasalahan pendidikan anak-anak dan orang dewasa pasca gempa bumi dan tsunami di Aceh di kamp-kamp pengungsian dan di rumah-rumah penduduk yang bertebaran di mana-mana. Pendidikan Islam lebih banyak dihadapkan kepada akhlak dan sopan santun serta penghayatan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari (Mohd Kamal Hasan, 2003). Pendidikan Islam sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi keruntuhan moral, penangkalan aqidah, budaya korup dan sejenisnya.

Karena itu pendidikan Islam secara sempurna menggunakan kurikulum yang sesuai dengan al-Quran dan sunnah Rasulullah SAW. Lihatlah contoh bagaimana Allah mendidik Rasul dan para ambiya-Nya, bagaimana Nabi Muhammad SAW mendidik para sahabat-Nya dan umat Islam secara umum sewaktu baginda berkuasa. Jadilah contoh teladan yang harus diikuti dalam pelaksanaan pendidikan Islam. Dalam rangka mendapat kejayaan dalam pelaksanaan pendidikan Islam perlu adanya keterlibatan keluarga/orang tua dan masyarakat sebagai penanggung jawab secara formal maupun informal. Islam memiliki cara tersendiri bagaimana mendidik dan mengajarkan anak-anak dan generasi muda dan juga mempunyai bahan pelajran yang sesuai dengan peringkat umur dan peredaran masa dan ini bisa dipelajari dan kembali kepada pendidikan Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Baginda telah berhasil mendidik para sahabat dan anak-anak orang Islam, serta para muallaf yang baru memeluk agama Islam. Model pendidikan Islam ala Rasulullah SAW perlu dijadikan modal dan uswatun hasanah dalam mendidik generasi muda dalam setiap zaman.Muhammad SAW sebagai pemerintah, orang tua, pendidik dan sekaligus sebagai wakil Allah di bumi ini yang telah terbukti keberhasilannya dalam mendidik dan menggembleng para sahabatnya dan ummat Islam secara umum ketika beliau masih hidup.

Ini sebagai pertanda bahwa untuk berhasilnya pendidikan haruslah adanya komitmen sejumlah orang dan institusi yang saling bahu membahu memantau dan memberi perhatian terlaksananya proses belajar dan mengajar. Kepedulian semua pihak menunjukkan adanya perasaan bersama dalam membangun bangsa dan negara di masa yang akan datang. Dukungan dan Tanggungjawab Keluarga Ini adalah tanggungjawab yang menyeluruh yang diletakkan oleh Islam di leher setiap muslim, yang tak ada seorangpun bebas darinya. Sehingga kedua orang tua bertanggungjawab untuk mendidik anak-anaknya dengan pendidikan Islam yang cermat (Ash-Shafti, 2003). Keluarga atau orang tua merupakan garda terdepan dalam menentukan kemana arah pendidikan anak-anak. Peranan orang tua sangatlah menentukan dalam mendidik, membimbing, dan memberi semangat belajar kepada anak-anak. Kita harus tahu bahwa seorang anak selalu siap untuk menyerap segala bentuk pendidikan dan pengajaran.

Jika bapak, ibu atau walinya berkehendak, maka mereka dapat merubah seorang anak menjadi manusia teladan (Sultani, 2004). Anak adalah amanah dari Allah yang dititipkan kepada orang tua supaya mereka dididik dengan baik, diberi nama dengan baik, diberi pendidikan dengan secukupnya, diajarkan dasar-dasar pendidikan Islam dan halal-haram, baik dan buruk serta akhlak yang mulia. Dalam Al-quran Allah berfirman yang artinya “Hai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah munusia dan batu.......” (Q. S ; at-Tahrim: 6) Di samping memenuhi dukungan materil dan spirituil kepada anak-anak untuk belajar, orang tua atau pihak keluarga perlu mengirim anak-anak mereka untuk mencari ilmunya agar dapat mengenal Allah dengan asma-Nya, sifat-Nya, mengetahui perkara-perkara yang dibenci-Nya dan mengetahui jalan untuk mencapai kecintaan-Nya serta menjauhi apa yang dimurkai-Nya. Apabila seseorang merasa mencapai ilmu itu, maka ia akan lebih takut kepada Allah sesuai dengan firman-Nya, “Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya adalah para ulama”. Perlu disadari bahwa keluarga merupakan unit pertama bagi masyarakat pada tahap institusi. Ini merupakan jembatan yang dilalui untuk generasi muda/anak-anak di masa yang akan datang. Keluarga merupakan sistem yang paling khusus dan sangat tersendiri untuk pendidikan awal. Keluarga merupakan lingkungan yang mula-mula sekali dihayati oleh seorang bayi setelah lahir.

Dalam keluargalah ia berinteraksi dan mengambil dasar-dasar bahasa, nilai-nilai, standar prilaku, kebiasaan, kecendrungan jiwa dan sosial dan pembentukan nilai-nilai kepribadian. Keluarga juga merupakan sebuah institusi awal yang memenuhi kerja sama antara lelaki dengan perempuan serta sebagai pusat pembentukan kpribadian seorang anak (Al-Syaibani, 1991) Tanggung jawab kesatuan dan kebersamaan keluarga terletak pada setiap individu di dalam keluarga. Dalam keluargalah mulai dibina rasa sayang terhadap yang kecil dan menghormati yang besar dan juga menghormati kedua orang tua (Hasan Manshur,2002). Dan ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW dalam salah satu haditsnya yang bermakna : “Bukan termasuk golongan kami, seorang yang tidak menghormati yang besar dan tidak menyayangi yang kecil”.Hadits ini menggambarkan betapa pentingnya menebarkan rasa kasih sayang dan saling menghormati antara yang besar dengan yang kecil dan pembinaan ini dimulai dari rumah atas bimbingan seorang ayah dan ibu/keluarga. Islam sangat konsen terhadap kasih sayang dan penghormatan karena perkara ini akan mengundang keharmonisan baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat.

Ini merupakan dambaan semua manusia yang normal yang perlu dikasihi dan disayangi serta begitu pula sebaliknya tidak suka dibenci dan dimusuhi. Keluargalah yang membuka mata seorang anak dan dari sinilah dimulainya pengenalan tentang baik dan buruk serta halal dan haram yang selalu kita dengar dari mulut ayah dan ibu. Peranan mereka sangatlah besar baik dalam mendidik maupun dalam memberikan pendidikan awal bagi setiap anak, oleh karena itu ilmu dan kewibawaan ayah dan ibu benar-benar diperlukan untuk menentukan masa depan anak dan kelangsungan hidup mereka dalam bermasyarakat. IIIDukungan dan Tanggungjawab Masyarakat Masyarakat Islam dan pendidikan merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan di antara keduanya (Muhammad AR, 2003).

Banyak perintah melalui hadits Rasulullah SAW yang menyuruh kita untuk belajar atau menuntut ilmu. Tugas ini pertama lebih dipundakkan kepada individu dan peran orang tua dalam keluarga, kemudian masyarakatpun tidak boleh lepas tangan dan menghindari tanggungjawab mereka dalam memantau pendidikan generasi muda. Terjadinya dekadensi moral generasi muda dalam masyarakat bukan tidak mungkin karena kurang pedulinya masyarakat. Masyarakat yang di dalamnya ada pemerintah yang terdiri dari pejabat sipil dan militer perlu menjaga dan memelihara merebaknya penyakit masyarakat apabila mereka sungguh merespon dan membuka mata terhadap gejala sosial yang ada dalam masyarakat. Dalam hal ini pendidikan anak-anak dan generasi muda diperlukan banyak kependulian masyarakat apalagi masyarakat Aceh yang menjadi korban gempa bumi dan tsunami setelah tanggal 26 Desember 2005. Pendidikan begitu penting bagi individu dan masyarakat.

Kepentingan pendidikan tidak hanya terbatas kepada suatu umat/kaum, masyarakat tertentu atau khusus untuk suatu zaman/masa saja, tetapi meliputi seluruh umat dan segala zaman dan termasuklah umat Islam pada zaman sekarang ini. Oleh karena itu wajib bagi masyarakat Islam, pemimpin dan para ulama serta intelektual memberikan perhatian penuh terhadap kelangsungan pendidikan anak bangsa (Langgulung, 1991). IV Tugas Pengajaran Pendidikan Islam Pasca gempa bumi dan tsunami banyak gedung sekolah hancur, banyak murid dan guru meninggal dunia. Kebanyakan orang serta anak-anak tinggal di kamp-kamp dan barak-barak pengungsian, aktivitas belajar mengajarpun sangat bervariasi tempatnya, begitu pula pendidikan agama yang belum terorganisir dengan rapi/permanen. Banyak bantuan datang dari berbagai pihak tanpa mengira bangsa atau agama mereka, namun tidak tertutup kemungkinan ada pihak-pihak tertentu memanfaatkan situasi ini dengan dalih memberi bantuan disertai dengan misi tertentu yang harus dilaksanakan menurut pesan sponsor.

Bagaimana sikap masyarakat, orang tua, dan unsur-unsur lainnya menangani pendidikan Islam dalam situasi kritis ini? Ini sebuah tugas mulia dan kepada setiap muslim dipundakkan kewajiban tersebut, mahu tidak mahu, harus dilaksanakan walau dalam situasi apapun. Dalam pendidikan Islam, seorang guru bertanggung jawab mendidik murid, mendewasakannya, menjadikannya jujur dan berbudi pekerti luhur, membuat mareka terampil demi mempersiapkan masa depan mareka .......( Muhammad AR, 2003) Menurut perfektif Islam guru adalah sebuah profesi yang ditugaskan untuk membentuk manusia yang kamil sehingga anak didik mampu memahami dan menghayati apa tugas mareka terhadap diri sendiri, masyarakat, alam sekeliling dan terhadap Allah SWT sebagai Khalik. Guru sama dengan pemimpin negara dalam mendidik masyarakat karena merupakan ibadah. Dalam pendidikan Islam, kita di suruh mencari ilmu agar kita dapat memahami yang hak atau yang benar dan membedakan yang baik dan buruk, yang bermanfaat dan merusak. Begitulah tingginya kedudukan manusia yang berilmu dan pengajar ilmu kepada orang lain (guru) menurut pandangan Islam (Sufean Hussin, 1996) Dalam rangka menjalankan tugas pengajaran dan penyebaran pendidikan Islam maka tugas guru adalah sangat berat demi mendidik anak bangsa. Menurut Atan Long (1988) seorang guru perlu kiranya introspeksi apakah dia, paling tidak, memiliki tiga sifat penting yaitu 
  1. Kepribadian
  2. Latar belakang Pengetahuan, 
  3. Metode atau cara penyampaian.
Dalam masyarakat Islam, seorang guru yang bergelut dalam dunia pendidikan Islam perlu memiliki persediaan awal untuk dapat memastikan apakah kejayaan di capai dalam mengajar. Akhlak guru, ilmu yang dimiliki guru, sikap guru, kesabaran, keikhlasan, metodologi penyampaian. Pengajaran kepada murid merupakan hal-hal yang perlu dimiliki untuk mentransfer ilmu pengetahuan.Keberhasilan dan keberkesanan pendidikan Islam ada kaitannya dengan kesadaran para guru terhadap tanggung jawab, kesempurnaan ilmunya dan keluhuran budi pekertinya. Ini merupakan kriteria pribadi pendidik yang perlu dimiliki dalam menyampaikan pendidikan. Dalam Islam, ilmuwan, para intelektual, gur, ulama tidak dibenarkan membisu di tengah umat yang sedang sakarat. Sebagai pewaris nabi, mereka sebagai tempat terhimpunnya khazanah ilmu Allah dari sudut fakta dan tafsiran.

Guru sebagai cermin dalam kehidupan dan panutan bagi murid dan masyarakat (lihat Ahmad bin Mohd Salleh, 1995).Dalam proses belajar mengajar sudah pasti melibatkan dua pihak yaitu pengajar dan yang diajar atau antara guru dan murid, antara pelatih dan yang dilatih. Target pelatihan atau pengajaran memang pasti ada dan metode penyampaian pun sangat berbeda-beda dalam mencapai target tersebut. Dalam hal ini guru/pelatih/instruktur perlu menggunakan media pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Arief S. Sadiman dkk (2003) mengatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima atau dari tutor kepada peserta sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat murid/peserta/partisipan sehingga terjadilah proses belajar mengajar dengan lancar. Hasan Manshur (2002) menambahkan bahwa seorang guru yang bertugas menyampaikan pendidikan Islam kepada siswa harus memiliki beberapa kriteria:
1)      1. guru harus ikhlas karena Allah,
2)      2. guru hjarus menjadi tauladan bagi murid/siswa,
3)      3. gurus harus membalas penghormatan murid dan menanamkan rasa kasih sayang dengan mereka,
4)      4. guru harus berlaku adil dalam setiap aktivitasnya di sekolah,
5)      5. guru harus menguasai ilmu yang diajarkan dan harus banyak membaca sebagai rujukan,
6)      6. guru harus menyampaikan pengalaman hidupnya dan keberhasilannya kepada murid, dan
7)      7. guru harus menanamkan semangat untuk berijtihad dan mengandalkan diri sendiri dalam berpendapat kepada para muridnya, khususnya para pelajar remaja.

Sabtu, 08 Oktober 2011

Ibu, Sang Arsitek Peradaban



              Suatu malam yang tenang dan hening. Semua orang telah beranjak ke rumah masing-masing untuk beristirahat. Menarik selimut hingga terlindungi dari hawa dingin yang melingkupi cakrawala Madinah. Namun, seorang laki-laki yang disadarkan oleh rasa tanggung jawab sebagai pemimpin menyingkap selimutnya. Dia keluar menyusuri lorong-lorong Madinah yang mencekam. Merayapi jalan-jalan yang sepi dari tapak kaki manusia.

Dia keluar seorang diri menembus kegelapan malam. Barangkali ia menjumpai musafir yang tidak menemukan tempat bermalam. Atau orang yang merintih kesakitan. Atau orang lapar yang belum menemukan sesuap makanan untuk mengganjal perutnya. Barangkali ada urusan rakyatnya yang luput dari pengawasannya. Atau mungkin ada domba yang tersesat jauh di pinggir sungai Eufrat. Allah akan menanyakannya dan menghisabnya kelak.

Jangan heran! Lelaki tersebut adalah Amirul Mukminin, Umar bin Khatthab RA.

Setelah sekian lama mengitari Madinah dan mulai merasakan lelah pada sendi-sendinya, Umar bersandar pada salah satu dinding rumah kecil di pinggiran kota Madinah. Dia beristirahat sejenak sebelum melanjutkan langkahnya menuju masjid.
Kala itu, sayup-sayup terdengar olehnya suara dua orang wanita dari dalam rumah kecil tempat ia bersandar. Percakapan seorang ibu dengan putrinya. Percakapan dimana sang putri menolak untuk mencampur susu perah dengan air putih.
Sang ibu berkata, “Campurlah susu itu dengan air!”

Sang putri menjawab, “Sesungguhnya, Amirul Mukminin telah melarang kita untuk mencampur susu dengan air. Tidakkah Ibu mendengar juru bicaranya menyampaikan larangan tersebut?”

“Umar tidak melihat kita. Dia tidak akan tahu apa yang kita lakukan di saat-saat terakhir malam ini.” Jawab ibunya.
Putrinya pun menjawab seketika, “Wahai Ibuku, walaupun Umar tidak melihat namun Tuhan Umar melihat kita. Demi Allah, saya tidak akan melakukan apa yang dilarang-Nya.”

Ucapan putri tadi menyejukkan hati Umar. Jawaban yang menggambarkan kejujuran dan keimanan.
Akhirnya Umar menikahkan putranya, Ashim, dengan gadis yang baik itu. Gadis itu bernama Ummu Ammarah binti Sufyan bin Abdullah bin Rabi’ah Ats-Tsaqafi. Kelak ia akan melahirkan dua anak gadis yang diberi nama Laila dan Hafshah. Laila kemudian dikenal dengan panggilan Ummu Ashim.

Ummu Ashim kemudian menikah dengan Abdul Aziz bin Marwan, seorang gubernur Bani Marwan. Dari pernikahan yang suci ini lahirnya seorang khalifah yang mulia, Umar bin Abdul Aziz.

Umar bin Abdul Aziz yang berjuluk Khalifah Kelima adalah pemimpin yang sang bersahaja. Tingkat keimanannya tidak perlu diragukan lagi. Umar hafal Quran sejak kecil. Matanya selalu banjir air mata karena rasa takutnya pada Allah.

Ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah, tidak ada yang menjadi mustahik. Tidak ada orang yang berhak menerima zakat. Rakyatnya hidup makmur dan sejahtera. Sementara Umar hidup sangat sederhana.

Apa yang menjadikan Umar memiliki pribadi yang begitu luar biasa? Ummu Ashim, ibunda Umar, mendidiknya sejak kecil dengan penuh kasih sayang. Mengajarkan Umar Quran dan cinta pada Allah. Ia selalu menjaga dan mengawasi putranya.
Ummu Ashim juga dikenal sebagai wanita yang sangat dermawan dan menyayangi orang-orang yang lemah. Ummu Ashim mewakili gambaran ideal tentang sosok seorang ibu. Demikian juga ibunda dari Ummu Ashim. Rasa takutnya pada Allah menjadikannya pribadi yang unggul.

Keteladanan wanita-wanita tersebut menjadi bukti vitalnya seorang ibu dalam membentuk sebuah generasi. Seorang penyair mengungkapkan bahwa ibu adalah sebuah sekolah. Apabila dipersiapkan dengan baik, berarti telah mempersiapkan suatu bangsa dengan dasar yang baik.

Tidak berlebihan tentu saja. Ibu adalah sekolah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Ibu bagaikan wadah yang mengajarkan dan mendidik berbagai macam ilmu dalam kehidupan anak-anaknya dengan cinta dan kasih sayang. Sebagai pendidik awal, ibulah yang pertama kali meletakkan fondasi dasar –terutama dalam aspek keimanan- kepada anak dalam proses pendewasaan mental dan pematangan jiwa.

Gambaran pentingnya tugas seorang ibu tercakup dalam pernyataan yang diungkapkan oleh DR. A. Madjid Katme, Presiden Asosiasi Dokter Muslim di London dalam konferensi dunia tentang wanita di Beijing. Berikut tuturannya :

“Tugas keibuan adalah pekerjaan yang paling terhormat dan membutuhkan keterampilan di dunia ini. Dan terlaksananya tugas ini sangat penting bagi pemeliharaan dan perlindungan anak terutama di masa-masa awal pertumbuhannya. Tak ada satu jenis pekerjaan pun yang dapat merampas seorang ibu dari tugas keibuannya. Dan tak ada seorang pun yang dapat mengambil alih tugas keibuan tersebut.”

Namun, begitu banyak muslimah yang kurang bahkan tidak memahami pentingnya peran seorang ibu. Peran yang, menurut Katme, tidak bisa digantikan oleh siapapun. Menjadi ibu full time dianggap hanya ‘pekerjaan’ tidak penting. Tidak perlu sekolah yang tinggi, tidak perlu pintar untuk menjadi seorang ibu. Salah! Anda justru harus menjadi muslimah yang sangat cerdas untuk bisa memenuhi peran keibuan.

Kemuliaan peran keibuan dewasa ini pun semakin tergerus oleh serangan barat. Setelah Quran dan Sunnah Nabi, hal yang kerap kali diserang oleh para orientalis adalah wanita dan perannya dalam keluarga.

Ide-ide feminisme, kesetaraan gender, dan kebebasan wanita saat ini gencar disuarakan barat kepada umat Islam. Kita pun tahu, tidak sedikit yang terjebak untuk mencicipi racun atas nama kebebasan wanita tersebut. Akhirnya, hancurlah kemuliaan dan martabat wanita diikuti dengan runtuhnya pilar-pilar keluarga dan pendidikan anak.

Islam telah mengajarkan kemuliaan seorang ibu. Sejarah telah mencatat banyak orang hebat yang lahir dari seorang ibu yang juga hebat. Tak pernah ada cacat pada peran keibuan. Tak pernah ada cela pada predikat seorang ibu. Maka tak berlebihan bila ada ungkapan bahwa surga ada di telapak kaki ibu.

Muslimah perlu menyadari peran vitalnya sebagai seorang ibu. Ibu bukan hanya tiga huruf, I – B – U, yang begitu sederhana hingga mudah dilupakan. Ibu bukan hanya predikat sepele sehingga perannya tidak perlu dipenuhi.

Ibu adalah simpul penting sebuah sambungan peradaban. Dialah yang akan mencetak sebuah generasi. Ibu adalah tiang yang akan mengibarkan kembali bendera kejayaan Islam lewat pendidikannya terhadap keluarga. ibu, tak pernah bermakna kecil. Karena Allah lah yang menjadikannya begitu mulia.

Kamis, 06 Oktober 2011

Kisah Ashabul Kahfi


Kisah ini begitu kesohor. Dengan kekuasaan-Nya Allah Subhanahu wa Ta’ala menidurkan sekelompok pemuda yg berlindung di sebuah gua selama 309 tahun. Apa hikmah di balik ini semua?  Ashhabul Kahfi adl para pemuda yg diberi taufik dan ilham oleh Allahv Subhanahu wa Ta’ala sehingga mereka beriman dan mengenal Rabb mereka. Mereka mengingkari keyakinan yg dianut oleh masyarakat mereka yg menyembah berhala. Mereka hidup di tengah-tengah bangsa sembari tetap menampakkan keimanan mereka ketika berkumpul sesama mereka sekaligus krn khawatir akan gangguan masyarakatnya. Mereka mengatakan:
  رَبُّنَا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ لَنْ نَدْعُوَ مِنْ دُوْنِهِv إِلَهًا لَقَدْ قُلْنَا إِذًا شَطَطًا  
“Rabb kami adl Rabb langit dan bumi kami sekali-kali tdk akan menyeruv Rabb selain Dia sesungguh kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yg jauh.” Yakni apabila kami berdoa kepada selain Dia berarti kami telah mengucapkan suatu شَطَطًا yaitu perkataan palsu dusta dan dzalim.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan perkataan mereka selanjutnya:
 هَؤُلاَءِ قَوْمُنَا اتَّخَذُوا مِنْ دُوْنِهِ آلِهَةً لَوْلاَv يَأْتُوْنَ عَلَيْهِمْ بِسُلْطَانٍ بَيِّنٍ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللهِ كَذِبًا  
“Kaum kami ini telah mengambil sesembahan-sesembahan selain Dia.v Mereka tdk mengajukan alasan yg terang Siapakah yng lbh dzalim daripada orang2 yg mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?” Ketika mereka sepakat terhadap persoalan ini mereka sadar tdk mungkin menampakkan kepada kaumnya.
Mereka berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memudahkan urusan mereka:  
رَبَّنَاآتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَاv رَشَدًا  
“Wahai Rabb kami berilah kami rahmat dari sisi-Mu dan sempurnakanlahv bagi kami petunjuk yg lurus dlm urusan kami.” Mereka pun menyelamatkan diri ke sebuah gua yg telah Allah Subhanahu wa Ta’ala mudahkan bagi mereka. Gua itu cukup luas dgn pintu menghadap ke utara sehingga sinar matahari tdk langsung masuk ke dalamnya. Kemudian mereka tertidur dgn perlindungan dan pegawasan dari Allah selama 309 tahun. Allah Subhanahu wa Ta’ala buatkan atas mereka pagar berupa rasa takut meskipun mereka sangat dekat dgn kota tempat mereka tinggal.

Allah Subhanahu wa Ta’ala sendiri yg menjaga mereka selama di dlm gua. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
 وَنُقَلِّبُهُمْ ذَاتَ الْيَمِيْنِ وَذَاتَ الشِّمَالِv  
“Dan Kami bolak-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri.”v
Demikianlah agar jasad mereka tdk dirusak oleh tanah. Setelah tertidur sekian ratus tahun lama Allah Subhanahu wa Ta’ala membangunkan mereka لِيَتَسَاءَلُوا dan supaya mereka pada akhir mengetahui hakekat yg sebenarnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
 قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْ قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْv بَعْضَ يَوْمٍ قَالُوا رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْ فَابْعَثُوا أَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هَذِهِ إِلَى الْمَدِْينَةِ
 “Berkatalah salah seorang dari mereka: ‘Sudah berapa lama kalianv menetap ?’ Mereka menjawab: ‘Kita tinggal di sini sehari atau setengah hari.’ Yang lain berkata pula: ‘Rabb kalian lbh mengetahui berapa lama kalian berada . mk suruhlah salah seorang di antara kalian pergi ke kota membawa uang perakmu ini’.” Di dlm kisah ini terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah yg nyata. Di antaranya:

1. Walaupun menakjubkan kisah para penghuni gua ini bukanlah ayat Allah yg paling ajaib. Karena sesungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai ayat-ayat yg menakjubkan yg di dlm terdapat pelajaran berharga bagi mereka yg mau memerhatikannya.
2. Sesungguh siapa saja yg berlindung kepada Allah niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala melindungi dan lembut kepada serta menjadikan sebagai sebab orang2 yg sesat mendapat hidayah . Di sini Allah Subhanahu wa Ta’ala telah bersikap lembut terhadap mereka dlm tidur yg panjang ini utk menyelamatkan iman dan tubuh mereka dari fitnah dan pembunuhan masyarakat mereka. Allah menjadikan tidur ini sebagai bagian dari ayat-ayat -Nya yg menunjukkan kesempurnaan kekuasaan Allah dan berlimpah kebaikan-Nya. Juga agar hamba-hamba-Nya mengetahui bahwa janji Allah itu adl suatu kebenaran.
 3. Anjuran utk mendapatkan ilmu yg bermanfaat sekaligus mencarinya. Karena sesungguh Allah mengutus mereka adl utk hal itu. Dengan pembahasan yg mereka lakukan dan pengetahuan manusia tentang keadaan mereka akan menghasilkan bukti dan ilmu atau keyakinan bahwa janji Allah adl benar dan bahwa hari kiamat yg pasti terjadi bukanlah suatu hal yg perlu disangsikan.
4. Adab kesopanan bagi mereka yg mengalami kesamaran atau ketidakjelasan akan suatu masalah ilmu adl hendaklah mengembalikan kepada yg mengetahuinya. Dan hendak dia berhenti dlm perkara yg dia ketahui.
5. Sah menunjuk wakil dlm jual beli dan sah pula kerjasama dlm masalah ini. Karena ada dalil dari ucapan mereka dlm ayat:  
فَابْعَثُوا أَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هَذِهِ إِلَى الْمَدِيْنَةv  
“Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota membawa uangv perakmu ini.”
6. Boleh memakan makanan yg baik dan memilih makanan yg disenangi atau sesuai selera selama tdk berbuat israf yg terlarang berdasarkan dalil:  
فَلْيَنْظُرْ أَيُّهَا أَزْكَى طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِنْهُv  
“Hendaklah dia lihat manakah makanan yg lbh baik mk hendaklah diav membawa makanan itu untukmu.”
7. Melalui kisah ini kita dianjurkan utk berhati-hati dan mengasingkan diri atau menjauhi tempat-tempat yg dapat menimbulkan fitnah dlm agama. Dan hendak seseorang menyimpan rahasia sehingga dapat menjauhkan dari suatu kejahatan.
8. Diterangkan dlm kisah ini betapa besar kecintaan para pemuda yg beriman itu terhadap ajaran agama mereka. Dan bagaimana mereka sampai melarikan diri meninggalkan negeri mereka demi menyelamatkan diri dari segenap fitnah yg akan menimpa agama mereka utk kembali pada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
9. Disebutkan dlm kisah ini betapa luas akibat buruk dari kemudaratan dan kerusakan yg menumbuhkan kebencian dan upaya meninggalkannya. Dan sesungguh jalan ini adl jalan yg ditempuh kaum mukminin.
10. Bahwa firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
 قَالَ الَّذِيْنَ غَلَبُوا عَلَى أَمْرِهِمْ لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيْهِمْv مَسْجِدًا
 “orang2 yg berkuasa atas urusan mereka berkata: ‘Sungguh kami tentuv akan mendirikan sebuah rumah ibadah di atas mereka’.” Di dlm ayat ini terdapat dalil bahwa masyarakat di mana mereka hidup adl orang2 yg mengerti agama. Hal ini diketahui krn mereka sangat menghormati para pemuda itu sehingga sangat berkeinginan membangun rumah ibadah di atas gua mereka. Dan walaupun ini dilarang –terutama dlm syariat agama kita– tetapi tujuan diceritakan hal ini adl sebagai keterangan bahwa rasa takut yg begitu besar yg dirasakan oleh para pemuda tersebut akan fitnah yg mengancam keimanan serta masuk mereka ke dlm gua telah Allah Subhanahu wa Ta’ala gantikan sesudah itu dgn keamanan dan penghormatan yg luar biasa dari manusia. Dan ini adl ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap orang yg menempuh suatu kesulitan krn Allah di mana Dia jadikan bagi akhir perjalanan yg sangat terpuji.
11. Pembahasan yg berbelit-belit dan tdk bermanfaat adl suatu hal yg tdk pantas utk ditekuni berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
 فَلاَ تُمَارِ فِيْهِمْ إلاَّ مِرَاءً ظَاهِرًاv  
“Karena itu janganlah kamu bertengkar tentang keadaan mereka kecualiv pertengkaran lahir saja.”
12. Faedah lain dari kisah ini bahwasa berta kepada yg tdk berilmu tentang suatu persoalan atau kepada orang yg tdk dapat dipercaya adl perbuatan yg dilarang. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan:  
وَلاَ تَسْتَفْتِ فِيْهِمْ مِنْهُمْ أَحَدًاv  
“Dan jangan pula berta mengenai mereka kepada salah seorang di antarav mereka itu.”
Wallahu a’lam.